Saturday, October 5, 2019

Kendala & Ilustrasi Bagi Hasil di Bank Syariah


KENDALA & ILUSTRASI PEMBIAYAAN BAGI HASIL BANK SYARIAH DI INDONESIA
RANIA FARAH SALSABILA
MKPS 2018

6 oktober 2019

Kendala
Pemahaman yang ada pada praktisi perbankan tentang prinsip bertransaksi begitu sempit sehingga mengakibatkan adanya pembatasan ruang gerak perbankan syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Itulah yang mengakibatkan, industri keuangan syariah di Indonesia masih relative kecil dengan pangsa pasar (market share) 5%-7%, khusus perbankan syariah pangsa pasar baru mencapai 5% jika dibandingan pangsa pasar perbankan syariah di Malaysia yang mencapai 20-25%.

Hubungan bank dengan nasabah dalam bank syariah adalah hubungan kontrak (contractual agreement) atau akad antara investor pemilik dana atau shahibul maal (principal) dengan penglola dana atau mudharib (agent) yang bekerja sama untuk melakukan usaha yang produktif dan bebagai keuntungan secara adil. Tetapi, kadang terdapat perbedaan kepentingan ekonomi antara principal dengan agent sehingga menimbulkan permasalahan agency theory.

Hubungan kontrak keuangan seperti dalam mudharabah biasanya dikenal dengan nama hubungan keagenan. Oleh karena itu, kontrak seperti ini menuntut adanya transparansi bagi kedua belah pihak. Jika salah satu pihak (utamanya nasabah) tidak menyampaikan secara transparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perolehan hasil, sehingga dapat terjadi aktivitas adverse selection yaitu masalah yang timbul dalam menyeleksi nasabah yang akan diberikan pembiayaan, hal ini disebabkan karena susahnya pihak bank untuk mengetahui dengan pasti kriteria yang dimiliki calon nasabah, bank mungkin akan salah dalam menilai kriteria nasabah.

Rendahnya porsi pembiayaan mudharabah terkait dengan belum siapnya bank syariah untuk menyalurkan pembiayaannya dalam bentuk akad mudharabah, hal ini disebabkan masih kurangnya sumber daya manusia yang menguasai hukum syariah Islam. Bank syariah menghadapi masalah yang melekat pada kontrak mudharabah yaitu adanya asymmetric information. Asymmetric information adalah perbedaan informasi yang didapatkan antara pihak bank syariah dan nasabah, dalam hal ini nasabah lebih banyak mengetahui tentang keadaan usaha yang dijalankannya berbanding terbalik dengan pihak bank syariah sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan sangat besar.

Ilustrasi
Pada tanggal 12 Januari 20XA, BPRS Bangun Marwah Warga (BMW) dan Bapak Hendra menandatangani akad musyarakah permanen untuk  pembiayaan usaha fotokopi senilai Rp 40.000.000, yang terdiri dari Rp 30.000.000 kontribusi BPRS dan Rp 10.000.000 kontribusi Bapak Hendra. Bagi hasil didasarkan pada laba bruto (penjualan dikurangi biaya kertas) dengan nisbah bagi hasil 20% BPRS dan 80% Bapak Hendra. Bagi hasil disepakati untuk dibayar dan dilaporkan setiap tanggal 20 mulai bulan Februari. Pembiayaan musyarakah disepakati jatuh tempo pada tanggal 20 April 20XA.
JURNAL

  •        Tanggal 12 Januari BPRS (saat akad) membuka cadangan pembiayaan musyarakah untuk       Bapak  Hendra.
12/01/XA  Db. Pos lawan komitmen administrative pembiayaan    Rp 30.000.000
                      Kr. Kewajiban komitmen administrative pembiayaan    Rp 30.000.000


  •         Tanggal 12 Januari (saat akad) BPRS membebankan biaya administrasi sebesar 0,2%  dari nilai           pembiayaan dan langsung diambil dari rekening Bapak Hendra.

          12/01/XA  Db. Kas/Rekening nasabah-Bapak Hendra              Rp 60.000
                                   Kr. Pendapatan administrasi                                     Rp. 60.000



  •      Tanggal 20 Januari BPRS mentransfer sebesar Rp 30.000.000 ke rekening Bapak Hendra    sebagai pembayaran porsi investasi BPRS.

           20/01/XA  Db. Pembiayaan musyarakah                           Rp. 30.000.000
                                    Kr. Kas/Rekening nasabah                                     Rp. 30.000.000

                            Db. Kewajiban komitmen administrative          Rp. 30.000.000
                                   Kr. Pos lawan komitmen administrative                  Rp. 30.000.000


  •      Tanggal 20 Februari 20XA Bapak Hendra melaporkan lama bruto usahanya sebesar Rp.     5.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20%   dari laba bruto.

           20/02/XA   Db. Kas/Rekening nasabah                      Rp. 1.000.000
                                     Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah           RP. 1.000.000
                                  (20% x 5.000.000)



  •       Tanggal 20 Maret 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar Rp. 4.000.000 dan     membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba bruto pada tanggal 25 Maret 20XA.

          20/03/XA  Db. Piutang pendapatan bagi hasil musyarakah         Rp. 800.000
                                   Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakh-akrual              Rp. 800.000

          25/03/XA  Db. Kas/rek.nasabah                                                    Rp. 800.000
                                   Kr. Piutang pendapatan bagi hasil                                Rp. 800.000

                            Db. Pendapatan bagi hasil musyarakah-akrual            Rp. 800.000
                                   Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah                         Rp. 800.000
                                (20% x 4.000.000)



  •      Tanggal 20 April 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar Rp.6.000.000 dan       pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba bruto.

           20/04/XA   Db. Kas/Rekening nasabah                      Rp. 1.200.000
                                     Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah           RP. 1.200.000
                                (20% x 6.000.000)



  •      Tanggal 20 April 20XA, saat jatuh tempo, Bapak Hendra melunasi pembiayaan musyarakah sebesar   Rp. 30.000.000 via debit rekening.

           20/04/XA   Db. Kas/Rekening nasabah                      Rp. 30.000.000
                                     Kr. Pembiayaan musyarakah                           Rp. 30.000.000


Referensi
Lubis, Aswadi. (2016). Agency Problem Dalam Penerapan Pembiayaan Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN.

Yaya, Rizal.dkk. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktik Kontemporer Berdasarkan PAPSI 2013 Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat

No comments:

Post a Comment